Commitment

Beberapa waktu yang lalu ada temen baik gue (cowo) yang curhat kalo dia baru aja putus dari pacarnya (cewe….ya iyalah…). Mereka udah pacaran sekitar 3 tahunan. Gue kira mereka bakalan terus sampe merit neh..soalnya kayaknya adem ayem aja gitu.

Tapi ternyata udah sebulanan putus. Pastinya apa gue ga tau, yah itu kan privacy mereka. Cuma temen gue ini bilang “ things didn’t works, ren”…

Dia sempet cerita ke gue kalo dia juga ga ngira bakalan begini akhirnya, karena dia udah cukup yakin dengan hubungan ini. Jadi cukup kaget dan terpukul juga kalo endingnya kayak gini. Yah tapi siapa yang tau sih akan hari esok, kan cuma Tuhan. Tapi lumayan juga ya, kalo kita expect tinggi sama suatu hubungan, dan tiba2 tidak sesuai expectasi kita pasti cukup sakit juga. But bersyukur banget temen gue ini ga terlalu berlarut-larut dalam kesedihan. Dia sadar bener , He should move on, and He does..plok..plok…plok… padahal ga gampang loh.

Ada satu kalimat dia yang dia ucapkan. Dia bilang, dia sempet merasa sulit buat percaya sama cewe (yang mau dijadiin pasangan) coz definitely heart can change and words can break easily. Benarkah itu??

Beberapa waktu lalu gue dapat forward-an email dari temen gue. Suatu artikel tentang komitmen yang ditulis seseorang, tapi ga tau siapa, soalnya ga dicantumin penulisnya di email itu. Permisi gue kutip beberapa ya, begini bunyinya….


Komitmen adalah sesuatu yang membuat seorang suami menerima istrinya dengan segala kekurangan dan kelemahannya tanpa menghakimi. Bersyukur ketika istrinya tampil menawan, dan sama bersyukurnya ketika sang istri mengenakan daster dengan wajah berminyak tanpa make-up. Bersyukur ketika bentuk tubuh sang istri berubah setelah melahirkan, dan tetap mengecupnya sayang sambil bilang, "Kamu cantik."

Komitmen adalah sesuatu yang membuat seorang suami tidak membongkar kelemahan istrinya pada orang lain. Sebaliknya, menutupi rapat-rapat setiap kekurangan itu dan dengan bangga bertutur bahwa sang istri adalah anugerah terindah yang pernah hadir dalam hidupnya.

Komitmen adalah sesuatu yang membuat seorang istri menunggui suaminya pulang hingga larut malam, membuatkan teh hangat dan makanan panas, dan tetap terbangun untuk menemani sang suami bersantap serta mendengarkan cerita-ceritanya yang membosankan di kantor.

Komitmen adalah sesuatu yang membuat seorang istri bertahan ketika suaminya jatuh sakit, dan dengan sukacita merawatnya setiap hari. Menghiburnya, menemaninya, menyuapinya, memandikannya, membersihkan kotorannya.

Komitmen adalah sesuatu yang membuat seorang istri terus mendampingi suaminya tanpa mengeluh atau mengomel. Sebaliknya, dengan setia tetap mendukung dan menyemangati meski sang suami pulang ke rumah dengan tangan kosong, tanpa sepeser uang pun.

Komitmen adalah sesuatu yang membuat sepasang suami istri memutuskan untuk terus mengikatkan diri dalam pernikahan, dengan tulus dan sukacita, meskipun salah satu dari mereka tidak bisa memberikan anak.

Komitmen adalah sesuatu yang membuat seorang suami atau istri tetap menerima pasangannya kembali dengan hati yang lapang dan tulus, meskipun ia telah di khianati.

Komitmen adalah sesuatu yang membuat orang tua menerima kembali anaknya yang telah menyakiti dan meninggalkannya begitu rupa dengan tangan terbuka, memeluknya dan melupakan semua kesalahan yang pernah dilakukan si anak terhadapnya.


Komitmen adalah sesuatu yang melampaui segala bentuk perbedaan, perselisihan dan pertengkaran. Ia tidak dapat dihancurkan oleh kekurangan, kelemahan maupun keterbatasan lahiriah.

Karena ketika kita berani mengikatkan diri dalam sebuah komitmen, kita telah 'mati' terhadap kepentingan diri sendiri.



So benarkah heart can change and words can break easily? Mungkin iya, karena kita ga pernah tau isi hati seseorang. Tapi saat kita berani mengikat diri pada suatu komitmen berarti seharusnya kita telah 'mati' terhadap kepentingan diri sendiri.

Dan komitmen itu yang gue liat dalam diri oma dan nyokap gue, waktu mereka meneteskan air mata saat harus menghadapi sikap opa dan bokap gue yang keras dan ego-nya yang tinggi, sampai maut memisahkan oma dan opa gue, dan sampai usia 25 tahun perkawinan nyokap dan bokap gue…. But as they say, “this is the way, it should be”…… proud of you granna and mom….;p

-Blessings-

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Love your parents

Warning: Postingan ini tidak bermaksud menghakimi siapapun ya, hanya mengeluarkan sesuatu yang membuat gue sangat keheranan…..

Jadi bokap gue itu punya bos yang udah tua, umurnya sekitar 70-80 an (persisnya lupa) kita panggil dia Akong dan istrinya kita panggil Ama. Jadi si Ama ini punya adik laki-laki yang udah tua juga (ya eyalah…) sebut aja Mr. H. Adik laki-lakinya ini punya istri dan anak ( lupa gue anaknya ada berapa), tapi kayaknya keluarga adiknya ini tidak terlalu harmonis . Dia tuh sering berantem sama istrinya (udah tua padahal..jiah.. ) terus anaknya juga ga mau ngurusin mereka (ck..ck..ck…).

Karena si Mr. H ini udah tua, terus suka sakit juga (penyakit orang tua lah) dan istri serta anaknya ga mau ngurusin, dibawalah dia ke sebuah panti penitipan orang tua di Bogor sama si Ama ini. Maksudnya supaya dia lebih diurusin disana dan ga berantem mulu sama istrinya, dan juga si Akong, Ama dan anak2nya ama (which is keponakannya Mr. H ini) juga kaga mau ngurusin dia lagi. 2 minggu lalu bokap gue ikut nganterin neh, sama si Akong dan si Ama beserta anak si Ama. Waktu udah dianterin kesana dia ga mau ditinggal, mungkin si Mr. H ini sedih kali ya, gitu2 kan juga orang yang punya perasaan. Di bujukin sampe malam, akhirnya mau juga di tinggal.

Nah 2 hari kemudian, pengurus pantinya nelepon ke Akong, katanya si Mr. H ini minta pulang terus pake acara mogok makan segala. Akhirnya meluncur lagi bokap gue sama Akong, Ama dan anaknya Ama kesana. Maksudnya mau nanya, si Mr. H ini maunya apa gt. Sampe disana dia bilang mau pulang aja. Tapi di nasihatin sama bokap gue dan anaknya Ama untuk tetep stay disana aja, soalnya kalo pulang juga ga ada yang mau ngurusin. Bokap gue seh sebenernya ga tega buat ninggalin dia disana, tapi mau gimana lagi, keluarganya aja ga ada yang peduli. Akhirnya gara2 dia pake acara mogok makan, doi pingsan deh. Terus doi di bawa ke RS di Jakarta pake ambulance PMI, serem juga kan bo, udah tua gitu.

Dan barusan nyokap gue sms, bilang kalo Mr. H ini udah meninggal. Ternyata doi punya diabetes, ditambah mogok makan itu jadinya gula darahnya drop. Terus kena stroke ringan, dan hari ini doi dipanggil pulang ke Rumah Bapa di Sorga. Dan yang bikin makin sedih lagi, Akong, Ama sama anak2nya pada ga mau ngurusin, malah nyuruh bokap gue yang aturin semuanya.

Sedih ga sih, udah tua, punya istri sama anak ga mau ngurusin. Terus punya keponakan ga mau ngurusin juga. Sampai meninggal aja ga ada yang ngurusin. Heran gue…..

Hal ini berbanding terbalik sama kakak ipar nyokap gue (gue panggil dia “Akim” yg artinya tante gitu). Akim gue ini ga dikaruniain anak sama Tuhan. Jadi dia cuma tinggal berdua sama suaminya (which is koko nyokap gue). Akim gue punya cici yang kena stroke. Cici-nya punya anak 2, yang satu entah ada dimana dan ga mau ngurusin nyokapnya, dan yang satu lagi baru balik dari Kalimantan pas nyokapnya sakit. Jadinya Akim gue sekarang yang ngurusin cici-nya ini mulai dari makan, mandi, buang air, terapi dll. Sampai cicinya tinggal di rumah Akim gue supaya lebih enak ngurusinnya.

Gue ga mau menghakimi siapapun. Tapi dari 2 kejadian ini gue merenung dan berjanji sama diri gue sendiri. Apapun yang terjadi di depan, gue ga akan pernah masukin nyokap sama bokap dan akim sama om gue ke panti jompo. Karena gue udah liat dan ngerasain sendiri gimana nyokap gue dan koko2n nya serta ipar2nya ngerawat oma dan opa gue waktu sakit sampe meninggal, entah pas di RS ato di rumah. Ga ada tuh terlintas di pikiran mereka buat masukin opa oma gue ke panti jompo. Sampai akhirnya waktu Opa dan Oma gue meninggal, di depan keluarga besar, nyokap gue beserta koko2 dan ipar2nya bisa bilang,” walaupun kita cape berbulan2 ngurusin mereka waktu sakit, tapi sampai di akhir hidup mereka sekarang, kita semua ga punya penyesalan, karena kita udah lakuin semua yang kita mampu buat papi sama mami.”
Buat Akim dan Om gue, mereka udah sayang banget sama gue dan adik gue layaknya seperti anak kandung sendiri. Jadi sudah seharusnya gue juga menyayangi mereka sama seperti gue menyayangi orang tua gue. Toh kita masih punya darah yang sama.

Bagaimana dengan kalian??

Blessings

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

One step ahead

Gue sedang bergumul untuk mengambil suatu langkah yang cukup besar dalam hidup gue. Semua berjalan cepat banget dan lancar banget, waktu dan moment-nya tuh pas banget antara satu hal dengan hal lainnya, antara suatu peristiwa dengan peristiwa lainnya.

Gue sudah berdoa dan bergumul sama Tuhan sejak beberapa waktu lalu, apa ini sesuai dengan jalan Tuhan? Karena gue takut kalo gue sampai salah langkah. Kadang terlintas dalam pikiran gue, semuanya lancar, seolah Tuhan menyingkirkan semua penghalang, tapi bener ga ya langkah yang gue ambil ini.

Kemaren gue sempet nanya sama cici gue, “ Kalo sesuatu yang kita rencanakan itu berjalan lancar, seolah Tuhan menyingkirkan semua penghalang, apakah itu berarti jalan kita sesuai dengan rencana Tuhan? Atau tidak selalu seperti itu?”

Terus dia jawab, “ Kadang Tuhan izinkan kita untuk gagal atau mengambil langkah yang salah, tapi meskipun begitu kamu tetap berjalan bersama Tuhan. Apakah kamu damai sejahtera dalam mengambil langkah itu?”

Dan jawaban itu menguatkan gue, kalau pun saat ini ternyata gue mengambil langkah yang salah, gue tetap mempunyai Tuhan yang berkuasa. Berkuasa untuk menghalangi semua jalan agar gue tidak melangkah ke jalan yang salah, dan berkuasa untuk memberikan gue kekuatan d an melindungi gue seandainya pun gue diizinkan untuk mengambil langkah yang salah. Karena apapun resikonya di depan, gue tetep berjalan bersama dengan Tuhan Yesus, that’s why I am different.
Apakah gue merasakan damai sejahtera? Iya. Jadi semoga pilihan ini sesuai dengan kehendak Tuhan, dan semua berjalan lancar sampai akhir.... ;p

Blessings

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS